Kisah seorang ibu muda di Surabaya yang melahirkan bayi cacat lalu diceraikan suaminya sungguh mengiris hati. Sejak awal berpacaran, Dina Oktavia (21) mengaku hubungannya dengan Muhammad Abdul Aziz (23) memang sudah tidak mendapatkan restu dari orangtua suaminya. Faktor ekonomi dan kelas sosial keluarga Dina, menjadi penyebab tidak adanya restu tersebut.
“Waktu itu saya sudah mengingatkan untuk tidak melanjutkan hubungan ini, namun suami saya tidak mau. Bahkan, suami saya pernah teriak-teriak agar saya bersedia untuk menikah dengannya, hal ini membuat saya pun luluh,” ungkap Dina.
Mantan customer service di toko elektronik terbesar di Surabaya, dan karyawan toko donat ini akhirnya menikah pada tahun 2018 diusianya yang masih 20 tahun.
Setelah menikah dan akhirnya hamil, maka Dina pun memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus pada kehamilan pertamanya tersebut.
Sempat “menumpang” di rumah mertuanya, karena satu dan lain hal, akhirnya Dina memutuskan untuk tinggal kembali bersama ibu dan kakak ketiganya di rumah petaknya di kawasan Jojoran.
Di rumah petaknya yang berukuran 2×6 meter ini, Dina pernah dua kali digigit tikus di bagian kakinya saat usia kehamilan menginjak lima bulan. Bahkan sampai berdarah. Sempat diperiksakan ke dokter, hanya diberi obat oles luar saja.
“Di rumah saya memang banyak tikusnya. Maklum, lingkungannya kumuh. Bahkan saat hujan turun, ya banjir lantainya karena atapnya ada yang bocor,” kata Dina.
Gara-gara digigit tikus saat Dina hamil inilah, kemungkinan besar penyebab bayinya lahir dengan kondisi seperti ini. “Kata dokter yang pernah memeriksa saya serta Pandhu, demikian,” ungkapnya.
Karena selama hamil, Dina mengaku tidak pernah meminum obat-obatan saat sakit atau mengonsumsi makanan seperti seafood atau ikan bakar berlebihan.
“Untuk makan sehari-hari saja susah, bagaimana bisa membeli makanan seafood atau ikan bakar,” ujar Dina.
Bahkan saat hamil, Dina pun tidak pernah ngidam yang aneh-aneh. “Ya, mungkin ini sudah menjadi takdir saya dan Pandhu (anaknya),” kata Dina pasrah.
Kini, anak terakhir dari empat bersaudara ini hanya berharap agar Pandhu anaknya bisa sembuh. Menurut jadwal, operasi selanjutnya yakni operasi plastik akan dilakukan lima bulan ke depan.
Sambil menunggu jadwal operasi selanjutnya, Pandhu juga harus rutin kontrol. Dina juga berencana akan membuka usaha di bidang minuman yakni es juice dan es puding susu.
Bantuan donasi yang diterimanya dari para donatur seperti Komunitas Tolong Menolong, Yayasan Hidayatullah dan Komunitas Bendino Masak akan dipakainya untuk menyambung hidup.
Karena sejak melahirkan sampai sekarang, suaminya tidak pernah memberinya nafkah. Ditambah kondisi dirinya yang tidak bisa bekerja dikarenakan mau fokus merawat Pandhu anaknya.
Saya sempat diterima kerja sebagai kasir di perusahaan retail di kawasan Rungkut, pertengahan November ini. Tapi baru sehari masuk kerja, saya tidak bisa masuk lagi dikarenakan Pandhu rewel saat itu sehingga saya putuskan untuk mengundurkan diri saja,” ungkap mantan Sales Promotion Girl (SPG).
“Untuk saat ini, saya ingin bekerja di rumah saja, seperti membuat es juice atau puding susu yang dijual melalui online. Supaya saya bisa fokus merawat Pandhu,” tutur lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Pariwisata.
Dina juga berharap ada bantuan rumah susun dari Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Surabaya, dikarenakan rumah petak yang ditinggalinya saat ini merupakan milik dari adik ibunya, yang akan dijual dalam waktu dekat.
Sementara itu, Daniel Lukas Rorong, relawan pendamping dari Komunitas Tolong Menolong berencana akan mencarikan rumah kontrakan yang lebih layak ditempati untuk sementara waktu.
“Sembari menunggu bantuan rumah susun dari pemerintah, kami Komunitas Tolong Menolong akan berupaya untuk mencarikan tempat tinggal yang lebih layak untuk Ibu Dina dan Bayi Pandhu,” tegas Daniel yang juga Humas Perhimpunan Driver Online Indonesia (PDOI) Jawa Timur.
“Kami juga akan mendampingi dari segi finansial termasuk membantu rencana Ibu Dina untuk membuka usaha agar beliau bisa mandiri ke depannya dan memiliki penghasilan”, ungkap Daniel yang sudah delapan tahun ini berkecimpung di dunia bantuan kemanusiaan ini.
Hal senada juga diucapkan Isa Ansori, Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur. “Pihak kami (LPA Jawa Timur) akan mendampingi Bayi Pandhu dan ibùnya agar mendapatkan bantuan rumah susun seta kebutuhan yang diperlukan lainnya. Kami tidak akan tinggal diam dan main-main dengan kondisi yang dialami keluarga tidak mampu ini,” tegasnya.
Demikianlah pokok bahasan Artikel ini yang dapat kami paparkan, Besar harapan kami Artikel ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, Penulis menyadari Artikel ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar Artikel ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang