Penanganan Sakit Lutut Tanpa Obat

Penanganan Sakit Lutut Tanpa Obat
Penanganan Sakit Lutut Tanpa Obat. Gambar ilustrasi.

JAKARTA – Pakar rehabilitasi medik, Dr. Arief Soemarjono, Sp.KFR, FACSM, mengemukakan bahwa penanganan kasus sakit lutut yang tak kunjung sembuh atau berulang tidak selalu memerlukan penggunaan obat sepanjang hidup, sebagaimana halnya pada pasien dengan penyakit metabolik seperti diabetes.

Dr. Arief, yang merupakan anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Indonesia, menyatakan bahwa karena masalah ini terkait dengan aktivitas dan gerakan, penanganan oleh dokter spesialis rehabilitasi medik fokus pada semua aktivitas yang membebani sendi lutut pasien. Terapi seperti penggunaan alat bantu berjalan juga dapat diberikan guna menjaga kualitas hidup pasien dengan sakit lutut.

Bacaan Lainnya

“Diperlukan konsumsi obat sepanjang hidup untuk kasus sakit lutut yang tidak sembuh atau berulang? Tidak. Biasanya, kami akan melakukan evaluasi, misalnya apakah berat badan pasien tetap berlebih, apakah ia masih mampu naik dan turun tangga, jongkok, berlari, melompat, serta apakah latihan yang diberikan dilaksanakan dengan baik,” ujar Dr. Arief dalam sebuah acara kesehatan di Jakarta pada hari Rabu.

Dr. Arief pernah menghadapi kasus serupa pada salah satu pasiennya beberapa waktu yang lalu. Tanpa menyebutkan identitas pasien berupa gender dan usia, beliau mengungkapkan bahwa pasien tersebut mengalami masalah lutut akibat naik dan turun tangga hingga lantai enam selama 10 tahun.

“Katanya, harus berlatih untuk memperkuat otot. Setelah 10 tahun, lututnya mengalami kerusakan. Informasi bahwa naik dan turun tangga untuk memperkuat otot itu salah,” ungkap Dr. Arief, yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Medis Klinik Flex Free.

Kelainan pada sistem muskuloskeletal, seperti sendi, tulang, dan otot, terkait erat dengan aktivitas, bukan dengan makanan seperti pada penyakit lain seperti masalah metabolik. Pengobatan atau penanganan kasus semacam ini sebenarnya tidak selalu berbentuk konsumsi obat, tetapi juga dapat melibatkan latihan khusus bagi pasien, penyuluhan, dan pemberian alat bantu berjalan.

Selain itu, pengobatan dapat dilakukan melalui injeksi pelumas sendi dengan bantuan USG Muskuloskeletal, serta terapi regeneratif seperti Prolotherapy, Platelet Rich Plasma (PRP) muskuloskeletal, atau secretom.

“Ada pemahaman yang salah di luar sana bahwa saat sendi sakit, kita harus menghindari konsumsi sayuran hijau. Sebagian besar masalah pada otot, tulang, dan sendi tidak terkait dengan makanan yang kita konsumsi, kecuali untuk kasus asam urat,” jelas Dr. Arief.

Untuk mencegah masalah muskuloskeletal, terutama pada lutut, Dr. Arief menyarankan agar orang-orang menjaga berat badan ideal dan mengadopsi gaya hidup sehat. Bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga yang mengalami sakit lutut, lebih disarankan untuk menjaga berat badan dan menghindari olahraga atau aktivitas yang memberi tekanan berlebih pada lutut, seperti lari dan loncat.

“Melakukan pemeriksaan awal, mempertimbangkan apakah ada riwayat keluarga yang mengalami masalah lutut, sangat penting karena faktor genetik juga berperan. Perlu berhati-hati agar berat badan tetap stabil, dan hindari aktivitas seperti loncat dan lari. Jika lutut terasa sakit, bengkak, atau kemerahan, itu bisa menjadi tanda adanya masalah, atau jika kaki kaku selama kurang dari setengah jam setelah bangun tidur,” demikian pesan yang disampaikan oleh Dr. Arief.

BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Pos terkait

Konten berikut adalah iklan platform MGID. Sekadau.com tidak terkait dengan isi konten tersebut.

Tinggalkan Balasan