GueSehat.com
dompet dhuafa google image
Gempa menyebabkan ribuan rumah roboh, sehingga mengharuskan penghuninya mengungsi.
Walau ada pula rumah yang tidak roboh, banyak yang mengalami kerusakan sehingga jika ada gempa susulan rawan ambruk.
Hal ini menyebabkan beberapa penduduk di wilayah Lombok terpaksa mengungsi.
Gempa terakhir (19/8) bahkan mencapai 6,9 SR dan menimpa wilayah Lombok Timur. Nyaris semua wilayah Lombok sudah terkena gempa, termasuk Mataram.
bagaimana nasib ratusan ribu penduduk yang hidup di pengungsian?
Meskipun bantuan dari seluruh negeri terus mengalir, tetapi tantangan hidup di pengungsian tetap saja berat, terutama untuk anak-anak dan lansia.
Dilansir dari laman resmi UNHCR, masalah kesehatan dan kekurangan nutrisi menjadi persoalan utama para pengungsi.
Ini berlaku untuk pengungsi karena bencana maupun perang.
Menurut anak organisasi WHO yang khusus mengurusi pengungsi ini, 5 penyebab utama kematian pengungsi anak-anak di negara berkembang adalah malaria, malnutrisi, campak, diare, dan infeksi pernapasan.
Inilah tindakan untuk mengurangi kesakitan dan kematian para pengungsi, menurut UNHCR.
1. Imunisasi
Begitu terjadi bencana dan penduduk diungsikan ke tenda-tenda atau tempat tinggal sementara, maka pencegahan pertama dari ancaman penyakit menular adalah imunisasi massal.Tinggal berdesakan bersama ratusan bahkan ribuan orang di tempat yang bersih sekalipun rawan terjadi penularan penyakit.
Apalagi di pengungsian, yang biasanya tidak memiliki sanitasi layak.
Semua bayi, anak-anak, bahkan lansia sebaiknya diberikan vaksin sesuai ancaman penyakit yang paling rentan menjangkiti.
Diprioritaskan imunisasi untuk penyakit yang fatal dan mudah menular, seperti campak, diare, atau pneumonia.
Imunisasi akan menjadi perlindungan awal para pengungsi dari penyakit menular.
2. Dukungan gizi
Meski hidup di pengungsian, sebaiknya makanan yang diberikan tidak menurun kualitas maupun kuantitasnya.Pengungsi tetap harus mendapatkan gizi seimbang, agar tetap sehat dan kembali beraktivitas sembari menunggu tempat tinggal permanen dibangun.
Bayi harus tetap diberikan ASI. Oleh karena itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melarang sumbangan dalam bentuk susu formula untuk para pengungsi di Lombok.
ASI dapat membantu menguatkan kekebalan tubuh bayi di pengungsian.
Alasan lainnya, sumbangan susu formula jika tidak disertai sarana pendukung seperti air bersih justru rentan menyebabkan diare.
Jadi di IDAI tidak menyarankan sumbangan susu formula, karena di lokasi pengungsian ketersediaan air bersih untuk membuat susu dan mencuci botol tidak cukup.
Pemberian susu formula tanpa higienitas tinggi rentan menyebabkan diare, yang justru menambah masalah.
Selain itu, jika si Ibu memberikan susu formula dan menghentikan ASI, apakah ada jaminan keberlangsungan pemberian susu setelah masa krisis berakhir?
Jadi, ASI sudah paling aman," jelas Ketua Satgas ASI IDAI, dr. Elizabeth Yohmi SpA., saat dilansir GueSehat.
3. Mengendalikan penyakit tidak menular
Kadang ditemukan pengungsi dewasa atau usia lanjut yang memiliki penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes, bahkan kanker.Saat suasana pengungsian sudah kondusif dan stabil, penyakit-penyakit ini sebaiknya tidak dilupakan dan harus dikelola dengan melakukan cek kesehatan dan pemberian obat.
Kesehatan reproduksi dan pendataan kembali kondisi pengungsi juga perlu dilakukan.
4. Konseling trauma dan gangguan mental
Tidak semua pengungsi tabah dan dapat menerima kenyataan. Sebagian bisa mengalami trauma dan kesedihan berkepanjangan, karena kehilangan keluarga atau harta benda.Konseling perlu diberikan pada pengungsi yang membutuhkan, termasuk anak-anak, sehingga mereka tidak jatuh pada gangguan mental yang lebih serius, seperti depresi.
Kamu yang tinggal jauh dari lokasi pengungsi mungkin tidak bisa membayangkan bagaimana derita para pengungsi.
Namun, setidaknya Kamu bisa sedikit berempati setelah tahu kondisi dan kebutuhan para pengungsi. Yuk, kita menyumbang apa yang kita bisa berikan untuk mereka.
Editor: Yakop
Sumber: GueSehat.com/Ay/As
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS